Hari Aksara Internasional: Momentum Peningkatan Literasi Masyarakat

0
110
Hari Aksara Internasional: Momentum Peningkatan Literasi Masyarakat
Hari Aksara Internasional: Momentum Peningkatan Literasi Masyarakat

BERITASEJABAR.id – Hari ini, 8 September 2022 diperingati Hari Aksara Internasional (HAI). Seperti yang kita tahu, hari keaksaraan ini pertama kali disepakati saat konferensi pemberantasan buta huruf di Teheran Iran pada 8-19 September 1965. Tujuannya tidak lain adalah untuk mengupayakan peningkatan angka melek huruf dan meningkatkan minat baca masyarakat.

Hari Aksara Internasional tahun ini menjadi momentum bagi negara-negara di dunia termasuk Indonesia untuk meningkatkan literasi dan memberantas buta huruf. Selain faktor kemiskinan, buta huruf juga disebabkan oleh lokasi yang terpencil dan minimnya motivasi belajar masyarakat.

Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, persentase dan jumlah penduduk buta aksara di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 1,71 persen atau 2.961.060 orang dari total jumlah penduduk. Jumlah ini mengalami sedikit penurunan ketimbang tahun 2019, yakni sebanyak 1,78 persen ata 3.081.136 orang (Kompas, 6/9/2021).

Menurut Jumeri (2021), ada 10 provinsi penyumbang buta aksara terbesar, seperti Papua 503.081 atau 22,03%, Nusa Tenggara Barat 240.654 atau 7,52%, Sulawesi Barat 226.558 atau 4,46%, Nusa Tenggara Timur 129.170 atau 4,24%, Sulawesi Selatan 226.558 atau 14,11%, Kalimantan Barat 115.606 atau 3,54%, Jawa Timur 831.837 atau 3,21%, Sulawesi Utara 41.210 atau 2,47%, Jawa Tengah 440.880 atau 2,03% dan Papua Barat 11.446 atau 1,77%.
Penguatan Literasi

Data yang tersaji di atas menunjukkan penurunan tingkat buta aksara. Meskipun demikian, bangsa ini masih memiliki tantangan dan pekerjaan rumah terkait rendahnya literasi di kalangan masyarakat khususnya mereka yang tinggal di daerah pelosok. Persoalan literasi bukan sekadar terkait dengan dunia baca-tulis, tetapi juga terkait dengan literasi finansial, numerasi, dan literasi digital.
Rendahnya literasi masyarakat Indonesia menjadi persoalan serius, lebih khusus di era digital seperti sekarang ini yang menyuguhkan berbagai kemudahan. Dengan begitu, setiap individu tidak boleh puas dengan kemampuan menulis dan membaca, tetapi lebih dari itu harus menguasai berbagai kemampuan literasi seperti yang disebutkan di atas.

Untuk mengurangi kesenjangan literasi antardaerah, upaya yang dilakukan pemerintah difokuskan pada daerah pinggiran, yaitu daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T). Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T) merupakan wilayah yang sulit dijangkau karena keterbatasan infrastruktur.

Upaya pemerintah ini perlu mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, seperti lembaga pendidikan, swasta, LSM, dan masyarakat itu sendiri. Kerja sama ini sangat penting agar program penguatan literasi terutama pemberantasan buta aksara benar-benar terwujud sesuai harapan bersama.

Akhirnya, Hari Aksara Internasional (AHI) kali ini harus bermakna dan menyadarkan seluruh warga negara akan pentingnya literasi. Sebab, tinggi-rendahnya literasi juga menjadi tolok ukur kemajuan sebuah bangsa. Selamat Hari Aksara Internasional.

 

Oleh : Imam Syafei, S.Pd, M.MPd (Penggiat Pendidikan / Ketua Generasi Muda Ormas MKGR Jabar)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here