BERITASEJABAR.id – Hantaman wabah virus corona Covid-19 menyeret posisi pedagang yang membuat mereka tak sanggup untuk bertahan hingga harus kehilangan pendapatan.
Dalam surat edaran Dewan Pimpinan Wilayah Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Jabar menyebutkan, bahwa saat ini pedagang berada pada titik terendah dalam 50 tahun terakhir ini.
Ketua DPW APPSI Jabar Nandang Sudrajat mengatakan, berdasarkan hasil peninjauan ke beberapa lokasi pasar seperti ITC, Pasar Baru dan Andir, ia melihat kondisi kios pedagang yang memprihatinkan.
Kondisi itu menyebabkan harus segera mengambil langkah kongkrit untuk melakukan penyelamatan pasar. Nandang mengungkapkan, keterisian kios ITC Bandung menurun drastis.
“Sebelum pandemi ada 2.700 kios dan okupansi keterisiannya 2.500. Sekarang kios yang aktif hanya 459, sekitar 17% saja okupansinya,” kata Nandang, Jum’at (30/7).
Kondisi ini, kata Nandang, memang sudah separah itu dalam sektor perekonomian rakyat, khususnya sektor perdagangan. Padahal sektor perdagangan menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) kedua terbesar Jawa Barat.
Sama dengan ITC Kebon Kalapa, kondisi Pasar Baru Trade Center juga tak kalah memprihatinkan.
Pusat perdagangan itu tutup sejak awal PPKM Darurat. Terlebih, Pasar Baru mengandalkan kunjungan wisatawan mancanegara yang berbeda.
“Pasar Baru andalannya wisatawan mancanegara seperti Brunei Darussalam dan Malaysia. Ada covid, pembelinya hilang sehingga tingkat nilai transaksi tersisa 10-20%,” ungkapnya.
Namun hal berbeda terjadi di Pasar Andir. Nandang ungkapkan, kondisi Pasar Andir jauh lebih baik ketimbang kedua pasar sebelumnya. Katanya, tingkat kebertahanan masih relatif stabil, hanya turun 10 persen.
Alasannya adalah karena pasar ini menjadi pusat belanja di daerah, bahkan Pasar Tanah Abang di Jakarta pun terkadang mengambil dari Pasar Andir.
Jika hal ini dibiarkan, Nandang melihat akan menjadi bom waktu karena mereka butuh makan. Bukan cuma masalah keterisian kios yang kian sepi, APPSI Jabar melihat pihak pusat perdagangan yang belum paham perihal kategori mal.
“Kriteria pasar dan mal itu beda. Kalau mal itu nggak bisa nawar, pasar bisa. Kalau mal itu sewa tenant, kalau pasar itu beli kiosnya,” imbuhnya.
Maka, APPSI Jabar berharap pasar ini bisa kembali dibuka dengan protokol kesehatan yang ketat. Apalagi dengan minimnya keterisan tenant dan minimnya daya beli, tentu transaksi ekonomi pun tidak akan ramai.
“Meskipun pembeli sepi, yang penting bukan saja dulu. Ada yang belanja atau tidak yang penting kita usaha dulu,” tuturnya. (RB)