Imam Syafe’i S.Pd.,M.Pd.,Presidium KAHMI Kabupaten Bandung.
BERITASEJABAR.id – Pada hari ini tepatnya hari Rabu,tanggal 5 Februari 2025, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merayakan Milad yang ke -78 tahun.Sejak berdiri dua tahun setelah kemerdekaan Republik Indonesia.
Organisasi mahasiswa tertua ini sudah berkontribusi bagi pembangunan bangsa tercinta ini, perjalanan HMI mengarungi perjlanan panjang tentu saja tidak terlepas dari tantangan yang luar biasa, baik dari luar maupun dalam tubuh organisasi itu sendiri.
Sejak didirikan pada tahun 1947, HMI telah mencetak kader-kader bangsa yang memiliki komitmen tinggi terhadap nilai-nilai ke Islaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan, namun dalam konteks dinamika sosial politik yang terus berubah, HMI juga dihadapkan pada berbagai tantangan dalam menjalankan perannya sebagai organisasi mahasiswa.
Terutama di era kemajuan teknologi digital dengan segala sisi positif dan negatifnya,
di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan informasi, HMI menghadapi dilema besar, yaitu bagaimana agar HMI tetap relevan di tengah perubahan besar akinbat kemajuan teknologi.
Mau tidak mau, HMI perlu beradaptasi dengan tetap menjaga idealismenya yang selama ini menjadi dasar gerakan HMI.
Tantangan ke Depan
Salah satu tantangan terbesar bagi kader HMI saat ini adalah bagaimana menyelaraskan semangat idealisme organisasi dengan kecanggihan teknologi.
Teknologi yang mendominasi hampir seluruh lini kehidupan manusia saat ini bisa menjadi pedang bermata dua, di satu sisi, teknologi memungkinkan kader HMI untuk mengakses informasi lebih cepat, menjalin komunikasi lintas batas, dan memperluas ruang pengabdian.
Namun, di sisi lain, teknologi juga dapat mengalihkan perhatian kader dari tujuan mulia organisasi dan memperburuk kualitas pengambilan keputusan yang seringkali terpengaruh oleh informasi yang mengandung informasi tiak benar alias palsu.
Kualitas kader HMI yang dulu dipandang sebagai pilar bangsa, kini mulai terkikis oleh ketidakmampuan kader HMI dalam memanfaatkan teknologi dengan bijak.
Banyak kader yang lebih memilih untuk mengikuti arus trend dan berfokus pada pencapaian pribadi, ketimbang menghidupkan visi besar organisasi kemahasiswaan terbesar dan tertua ini.
Oleh karena itu, HMI harus mampu memanfaatkan teknologi dengan bijak sehingga lebih adaptif terhadap dinamika zaman.
Kader-kader HMI tidak dapat menghindar dari kemajuan teknologi, tetapi harus mampu beradaptasi, tanpa meninggalkan nilai-nilai dasar yang selama ini menjadi pedoman perjuangan kader-kader HMI.
Kehadiran teknologi untuk mempermudah penyebaran dakwah, membangun jejaring dan mendidik umat dengan hal-hal yang baik tentu harus dimanfaatkan oleh kader-kader HMI agar eksistensinya tetap diterima oleh masyarakat luas, di tengah tantangan hidup yang kian kompleks.
Akhirnya, semoga di usianya yang ke-78 ini, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) tetap mampu berkontribusi untuk kemaslahatan umat dan bangsa serta mampu menyongsong era society 5.0 dengan segala tantangannya.(**)
Penulis : Mahasiswa S3 Penmas UPI
Editor. : Ajunaedi