Oleh : Imam Syafei Sebagai Sekretaris MKGR Jawa Barat
Beritasejabar.id, ARTIKEL – Belakangan ini publik dihebohkan dengan membludaknya pencari kerja di acara job fair di salah satu universitas di Bekasi, Jawa Barat. Dalam video yang beredar di berbagai media sosial, tampak para pencari kerja berebut memindai kode QR untuk bisa masuk melamar pekerjaan. Suasana yang awalnya kondusif berubah menjadi ricuh seiring dengan membludaknya peserta acara. Massa juga tampak saling berteriak dan saling dorong. Kondisi demikian menyebabkan sejumlah pelamar pingsan.
Membludaknya pencari kerja di job fair Bekasi dan beberapa daerah lainnya menunjukkan bahwa Indonesia tidak sedang baik-baik saja. Biaya hidup semakin tinggi dan pengangguran terjadi di mana-mana. Bukan hanya yang lulusan SD, SMP, dan SMA, mereka yang sudah menyandang gelar sarjana pun mengalami kesulitan mendapatkan pekerjaan. Acara job fair tidak banyak memberikan dampak terhadap pengurangan angka pengangguran karena hanya sebagian kecil yang benar-benar mendapatkan pekerjaan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah orang yang belum mendapatkan pekerjaan mencapai 7,28 juta orang per Februari 2025 secara tahunan, bertambah 83,45 ribu dibandingkan Februari 2024. Sementara itu, jumlah seluruh angkatan kerja di Indonesia per Februari 2025 mencapai 153,05 juta. Dengan demikian, tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mencapai 4,76 persen per Februari 2025.
Dalam pandangan Suparman (2022), ada beberapa faktor penyebab pengangguran. Pertama, sedikitnya lapangan pekerjaan yang menampung para pencari kerja. Banyaknya para pencari kerja tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang dimiliki oleh negara. Kedua, kurangnya keahlian yang dimiliki oleh para pencari kerja. Banyak jumlah sumber daya manusia yang tidak memiliki keterampilan menjadi salah satu penyebab makin bertambahnya angka pengangguran di Indonesia. Ketiga, kurangnya informasi, dimana pencari kerja tidak memiliki akses untuk mencari tau informasi tentang perusahaan yang memilli kekurangan tenaga pekerja. Keempat, kurang meratanya lapangan pekerjaan, banyaknya lapangan pekerjaan di kota, dan sedikitnya perataan lapangan pekerjaan. Kelima, masih belum maksimalnya upaya pemerintah dalam memberikan pelatihan untuk meningkatkan softskill budaya malas yang masih. menjangkit para pencari kerja yang membuat para pencari kerja mudah menyerah dalam mencari lapangan kerja.
Berani Berwirausaha
Masalah pengangguran merupakan salah satu masalah serius yang menghantu banyak Negara di dunia tak terkecuali bagi Indonesia. Pengangguran di Indonesia, hampir separuhnya disumbangkan oleh lulusan perguruan tinggi yang jumlahnya sangat banyak. Fenomena ironis yang muncul di dunia pendidikan di Indonesia adalah semakin tinggi pendidikan seseorang, probabilitas atau kemungkinan dia menjadi penganggur pun semakin tinggi.
Lantas apa solusinya? Salah satu solusinya mencetak lebih banyak wirausaha. Wirausaha dinilai dapat menjadi solusi dalam mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan. Karena itu, generasi muda perlu didorong agar tertarik terjun ke dunia wirausaha. Dalam konteks ini ada beberapa strategi yang dapat dilakukan. Pertama, mengadakan pendidikan dan pelatihan. Pemerintah dan pihak-pihak terkait bisa memberikan pelatihan dan pendidikan bagi generasi muda. Pelatihan ini bisa mendatangkan langsung para ahli dan praktisi di bidang bisnis. Dalam pelatihan ini generasi muda akan mendapatkan pengetahuan seputar manajemen bisnis, pemasaran, keuangan, dan teknologi.
Kedua, memberikan akses permodalan. Selain pengetahuan, generasi muda juga perlu diberikan akses ke pendanaan awal melalui program pemerintah atau investor. Generasi muda juga perlu disediakan ruang dan fasilitas inkubasi bisnis untuk membantu wirausaha muda memulai dan mengembangkan bisnisnya.
Ketiga, dukungan regulasi. Agar generasi muda semakin tertarik terjun ke dunia usaha, maka pemerintah harus mendukungnya dengan regulasi dan kebijakan. Melalui regulasi dan kebijakan yang mendukung wirausaha muda, seperti kemudahan perizinan dan insentif pajak akan mendorong generasi muda untuk berani memulai usaha.
Akhirnya, bila beberapa tawaran di atas bisa terus diupayakan, penulis yakin hal itu akan mendorong anak-anak muda untuk berwirausaha. Semakin banyak generasi muda yang terjun ke dunia usaha, pada akhirnya akan tercipta lapangan kerja bagi orang lain sehingga berdampak pada pengurangan angka pengangguran dan tragedi job fair seperti di Bekasi tak terulang kembali.