BERITASEJABAR.id – Pilgub Jawa Barat (Jabar) 2024 semakin memanas dengan perkembangan terbaru yang menarik perhatian publik. Direktur Landscape Politik Indonesia, Asep Komarudin, memberikan pandangannya mengenai perubahan yang signifikan dalam peta politik Jabar. Dukungan dari Partai Golkar kepada Dedi Mulyadi, yang kini kader Partai Gerindra, bersama dengan mundurnya Bima Arya yang merupakan kader Partai Amanat Nasional (PAN) dan mendukung Dedi Mulyadi pada Pilgub Jabar hal ini menandakan adanya sinyal dari gabungan Partai Golkar, Gerindra dan PAN yang merupakan Koalisi Indonesia Maju ingin mengulang kesuksesan Koalisi Indonesia Maju pada pilpres di Pilgub Jabar dengan mendukung Dedi Mulyadi sebagai calon gubernur dalam Pilgub Jabar tahun 2024.
Namun, sejarah politik di Jawa Barat sering menunjukkan bahwa hasil survei tidak selalu mencerminkan hasil akhir Pilgub. Misalnya, pada Pilgub 2008, Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf, meskipun tidak diunggulkan dalam survei, berhasil meraih kemenangan. Selain itu, Pilgub 2013 menunjukkan bahwa meskipun Dede Yusuf unggul dalam survei, Ahmad Heryawan yang tidak diunggulkan malah menjadi pemenang. Demikian pula pada Pilgub 2018, meskipun Dedy Mizwar unggul dalam survei, Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum meraih kemenangan. Kasus-kasus ini menunjukkan bahwa hasil survei di Jabar seringkali meleset dari kenyataan.” Ungkap Asep Komarudin yang akrab di panggil Askom ini.
di tambah preperensi politik masyarakat yang seakan mengunggilkan seseorang yang dipandang layak memimpin Jabar, justru hasilnya malah sebaliknya. dalam setiap kompetisi Pilgub Jabar.
Masyarakat Jawa Barat, mayoritas yang beragama Islam namun secara pilihan politik pada pemilu legislatif justru malah partai nasionalis yang selalu menjadi pemenangnya, secara bergiliran Golkar, Demokrat, PDIP & Gerindra pernah memenangkan Pemilu Legislatif di Jabar. Hal ini menunjukkan bahwa koalisi nasional-religius atau religius-nasional bisa menjadi faktor penting dalam kombinasi koalisi pada Pilgub Jabar. Jika partai-partai berbasis Islam tradisional seperti PKB dan PPP bersatu dengan Partai berbasis Islam moderat seperti PKS serta partai nasionalis seperti PDI-P dan Nasdem, mereka dapat menjadi pesaing kuat bagi Paket koalisi Indonesia Maju di Pilgub Jabar nanti, artinya akan membuat peluang Dedi Mulyadi serta pasangannya tipis memenangkan Pilgub Jabar, jika kombinasi ini terjadi.
Dalam konteks ini, jika Pilgub Jabar hanya diikuti oleh dua poros utama, kombinasi koalisi Islam tradisional dan moderat dengan partai nasionalis akan membatasi peluang Koalisi Indonesia Maju. Apabila partai-partai ini tidak bersatu dan memecah dukungan di antara mereka, Koalisi Indonesia Maju mungkin bisa memanfaatkan situasi tersebut, untuk memenangkan Pilgub Jabar. Hal ini memberikan perspektif baru tentang bagaimana pergeseran dukungan dapat mempengaruhi hasil akhir Pilgub Jabar.
Jawa Barat, yang terdiri dari masyarakat perkotaan dan pedesaan dan mayoritas beragama Islam namun secara politik legislatif cenderung mendukung partai-partai nasionalis, akan menjadi faktor penting untuk dipertimbangkan adanya kombinasi Religus – Nasionalis atau Nasionalis – Religius pada Pilgub Jabar.
Untuk itu, meskipun koalisi Indonesia Maju memiliki dukungan besar dan sukses pada Pilpres sebelumnya tidak menjamin hasil yang sama terjadi pada Pilgub Jabar. Jawa Barat dikenal dengan ketidakpastian hasil politiknya (anomali politik), sehingga menciptakan suasana dinamis menjelang Pilgub, yang selalu memberi kejutan.
Askom, juga mencatat bahwa Pilgub Jabar 2024 akan menjadi pertempuran politik yang sangat dinamis. Kombinasi partai-partai Islam dan nasionalis memainkan peran kunci dalam kontestasi ini. Oleh karena itu, Koalisi Indonesia Maju harus memantau dan menyesuaikan strategi mereka untuk menghadapi berbagai tantangan yang mungkin muncul. Dengan demikian, Pilgub Jabar 2024 akan menjadi perhelatan yang menarik dengan banyak kemungkinan hasilnya nanti
Sebagai tambahan, penting bagi setiap pihak untuk mempersiapkan strategi yang matang dan fleksibel. Faktor-faktor seperti perubahan dukungan politik, kekuatan mesin partai, dan preferensi pemilih akan menentukan hasil akhir Pilgub. Mengingat hal ini, kemungkinan hasil akhir yang tidak sesuai dengan survei merupakan hal yang biasa di Jawa Barat. Situasi ini membuat Pilgub Jabar 2024 sangat menarik dan penuh warna.
Secara keseluruhan, Pilgub Jabar 2024 tidak hanya akan menentukan siapa yang akan menjadi gubernur berikutnya, tetapi juga mencerminkan dinamika politik yang lebih luas di Indonesia. Dengan berbagai kemungkinan hasil, Pilgub Jabar 2024 akan menjadi perhelatan penting yang tidak boleh dilewatkan. Oleh karena itu, perhatian pada setiap perubahan dukungan politik dan kombinasi partai akan menjadi kunci untuk memprediksi hasil akhir. *Red