Tantangan Kepemimpinan Era Milenial

0
136
Mang Imam
Mang Imam

BERITASEJABAR.id – Kepemimpinan merupakan unsur penting dalam sebuah organisasi agar tujuan yang sudah direncakan mudah diwujudkan. Dalam suatu pemerintahan, kepemimpinan memiliki posisi yang sangat strategis. Dengan kata lain, sebuah pemerintahan bergantung pada kemampuan yang dimiliki oleh setiap pemimpin dalam melaksanakan tugasnya. Sebagai bangsa yang majemuk, Indonesia membutuhkan pemimpin yang memiliki komitmen dan integritas demi kemajuan Indonesia di masa mendatang.

Beberapa tahun belakangan Indonesia tengah dilanda krisis kepemimpinan. Calon-calon pemimpin yang muncul lebih menonjolkan sisi popularitasnya ketimbang integritas dan kompetensi. Banyak sosok pemimpin yang terkenal di masyarakat kedapatan korupsi, menyalahgunakan kekuasaannya, dan bertindak semena-mena dengan kekuasaannya sehingga menyebabkan kesengsaraan bagi rakyat.

Persoalan krisis kepemimpinan bisa kita lihat dari banyaknya pejabat yang terjerat kasus korupsi. Korupsi di negeri ini sepertinya sudah menjadi budaya yang mengakar kuat dan seakan sulit diberantas. Faktanya, kasus korupsi terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Sejarah korupsi memang setua usia manusia. Ketika manusia mengenal relasi sosial berbasis uang atau barang, maka ketika itu sebenarnya sudah terjadi yang disebut korupsi. Hanya saja memang kecanggihan dan kadar korupsinya masih sangat sederhana. Akan tetapi sejalan dengan perubahan kemampuan manusia, maka cara melakukan korupsi juga sangat variatif tergantung kepada bagaimana manusia melakukan korupsi tersebut. Jadi, semakin canggih manusia merumuskan rekayasa kehidupan, semakin canggih pula pola dan model korupsi.

Berdasarkan data Indonesia Corruption Watch (ICW) diketahui sepanjang tahun 2020 terjadi 1.218 perkara korupsi yang disidangkan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung. Total terdakwa kasus korupsi di tahun 2020, mencapai 1.298 orang. Dari data tersebut tercatat praktek korupsi dilakukan paling besar oleh Aparatur Sipil Negara (ASN) dengan 321 kasus, pihak swasta dengan 286 kasus, dan perangkat desa dengan 330 kasus.

Perilaku korupsi di Indonesia dalam sejarahnya sudah menjadi budaya yang sulit untuk diberantas, karena banyaknya permasalahan di berbagai aspek yang mendukung terjadinya korupsi.

Menurut Wijayanto Samirin (2014), korupsi memang masih sangat kental di Indonesia. Faktor ini merupakan salah satu kendala utama belum terentaskannya jutaan rakyat dari kemiskinan, serta belum terwujudnya masyarakat yang lebih setara.

Keteladan Pemimpin Era Milenial

Pemimpin yang tersandung korupsi tidak pantas dijadikan teladan karena ia telah mengkhianati kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu, di era milenial saat ini kita benar-benar membutuhkan sosok pemimpin berintegritas yang mampu mewujudkan keadilan dan kemakmuran bagi seluruh warga negara.

Menurut Gamal (2019), keadilan dan kemakmuran bukan sekadar slogan, tapi adalah tujuan akhir bangsa Indonesia, cita-cita mulia bangsa Indonesia, dan tugas pemuda-pemudi Indonesia untuk mewujudkannya.

Dalam konteks masyarakat yang majemuk seperti Indonesia, kita membutuhkan pemimpin yang memiliki karakter, sikap, visi, dan orientasi yang senantiasa mengedepankan nilai-nilai kebersamaan di atas kepentingan pribadi, kelompok atau golongan. Dengan sifat-sifat seperti ini, seorang pemimpin dapat juga disebut sebagai seorang negarawan.

Hal itu relevan dengan pendapat M. Alfan Alfian (2012) bahwa pemimpin adalah sosok yang dibanggakan, serta membuat yang dipimpin jadi percaya diri. Pemimpin selalu berpikir dan bertindak bagi kemajuan organisasi dan komunitas yang dipimpinnya—melampaui kepentingan pribadinya.

Karena itu, di era yang serba instan ini jangan sampai generasi milenial kehilangan panutan. Keberhasilan mereka memajukan Indonesia sangat tergantung pada kepemimpinan saat ini. Para pemimpin di tingkat pusat maupun daerah harus menjadi telalan bagi generasi milenial. Sekali lagi, jangan sampai mereka kehilangan panutan sehingga mereka terombang-ambing dalam menjalani kehidupan ini.

Muchasin (2020) menjelaskan, ada beberapa langkah untuk mencetak pemimpin yang dapat memberikan keteladanan. Pertama, menerapkan kedisiplinan dengan adil. Salah satu tugas terpenting seorang pemimpin adalah menanamkan disiplin kepada bawahannya. Semua karyawan/bawahan termasuk pimpinan harus tunduk dengan aturan main yang telah ditetapkan. Di sini pemimpin harus menjadi penggerak dan teladan dalam hal pemberlakuan kedisiplinan, tidak malah sebaliknya pemimpin yang tidak memiliki konsistensi terhadap aturan main yang telah disepakati bersama.

Kedua, perlakukan karyawan/bawahan dengan nurani. Setiap orang berbeda dari yang lain. Pemimpin yang baik  mempelajari perbedaan ini dan menangani mereka secara individualitas. Jika seorang pemimpin menjalankan wewenangnya hanya mengandalkan kekuasaan emosionalnya tanpa pendekatan nurani, maka yang bersangkutan tidak saja gagal mendapatkan rasa hormat, melainkan juga berdampak pada  meningkatnya penolakan.

Ketiga, berikan pujian atas pencapaian. Pemimpin yang menyentuh hati pengikutnya tercermin dari sikap dan perilakunya yang selalu memberikan perhatian penuh kepada karyawannya. Ia selalu memancarkan kasih dan senyum ramah, namun di sisi lain ia tegas dalam mengambil keputusan. Selalu memberikan apresiasi kepada pegawai yang berprestasi dan memberikan semangat kepada bawahan yang belum menunjukkan prestasi terbaiknya.

Keempat, menemukan titik tengah. Seorang pemimpin yang bijaksana harus bersikap sebagai teman bagi bawahannya, sebagai mitra kerja, sebagai tumpuan organisasi dan sekaligus sebagai motor penggerak maju mundurnya organisasi. Karena itu, pemimpin harus mampu menciptakan sinergi dan harmoni di tengah-tengah masyarakat yang memiliki kepentingan yang berbeda-beda.

Kelima, mambangun rasa percaya dan mengutamakan kejujuran. Komponen utama dari kreadibilitas adalah kejujuran. Kejujuran selalu menjadi karakteristik nomor satu untuk memilih pemimpin yang dikagumi. Selain jujur pemimpin yang dapat dipercaya juga adalah orang yang kompeten dan dapat memberikan inspirasi bagi anggota kelompoknya atau para pengikutnya. Pemimpin yang jujur dan dapat dipercaya akan menjadi teladan bagi semua pengikutnya.

Dengan langkah-langkah tersebut, kita berharap semoga di era disrupsi ini akan lahir sosok-sosok pemimpin yang memiliki komitmen dan integritas sehingga benar-benar menjadi teladan bagi generasi milenial.

Oleh: Imam Syafei (Ketua Yayasan Pendidikan Tinggi Imam Syafei Bandung)

 

 

 

 

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here